Selamat pagi temanku, sepertinya tubuhmu
masih cacat.
Kau butuh perbaikan lagi
Pertama kubuka mata yang ada hanya dirimu
Kala aku senang, yang bahagia hanya
dirimu
Kala
aku sedih, yang mengerti hanya dirimu
Kala aku ingin marah, yang tetap setia
mendengarkan hanya dirimu
Kala aku aku ingin berteriak, yang tetap
tenang hanya dirimu
Kau bahkan selalu menerima ocehanku
Kau bahkan tak pernah marah ketika aku
meluapkan emosiku pada tubuhmu
Kau memang teman sejatiku
Dan aku akan memperbaikki tubuhmu
secepatnya
Entah setelah itu kau mau tetap bersamaku
atau tidak
Tetap menungguku terbangun atau tidak
Tetap menyambut ide-ideku atau tidak
Yang jelas aku akan memperbaikimu
secepatnya
Agar kau berada ditempat yang lebih layak
daripada ruangan sempit berpolusi ini
Matahari pagi tersenyum malu padaku. Aku pun berlari karena
teringat oleh suatu hal. Temanku pasti menungguku disana. Sudah berapa lama aku
meninggalkannya berdiam diri sendiri. Aku berlari tergopoh-gopoh meraih sebuah
pintu yang dari tadi melambaikan tangannya kearahku. Dengan nafas
terengah-engah aku mebuka pintu ini sedikit demi sedikit. Disana masih kulihat
dia tersenyum padaku. Tak ada kata marah dalam benaknya. Aku merasa bersalah,
dan harus mempercepat langkahku untuk memperbaikinya.
Aku kembali meninggalkan ruangan itu. Aku berlari secepat
kilat dan kembali lagi keruangan itu dengan membawa berbagai macam senjata
untuk memperbaikinya. Satu lagi yang kurang, aku harus menutup telingaku dengan
lagu-lagu mp3 agar tak ada yang mengganggu langkahku. Kupandangi tubuhnya untuk
mencari bagian mana yang eblum sempurna. Here you are, aku menemukan bagian
yang masih janggal. Kusaputkan warna yang menempel diujung kuas, kugoreskan
sedikit demi sedikit hingga menutupi bagian yang janggal itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar