Rabu, 26 Juni 2013

Selamat pagi, temanku

Selamat pagi temanku, sepertinya tubuhmu masih cacat.
Kau butuh perbaikan lagi
Pertama kubuka mata yang ada hanya dirimu
Kala aku senang, yang bahagia hanya dirimu
Kala  aku sedih, yang mengerti hanya dirimu
Kala aku ingin marah, yang tetap setia mendengarkan hanya dirimu
Kala aku aku ingin berteriak, yang tetap tenang hanya dirimu
Kau bahkan selalu menerima ocehanku
Kau bahkan tak pernah marah ketika aku meluapkan emosiku pada tubuhmu
Kau memang teman sejatiku
Dan aku akan memperbaikki tubuhmu secepatnya
Entah setelah itu kau mau tetap bersamaku atau tidak
Tetap menungguku terbangun atau tidak
Tetap menyambut ide-ideku atau tidak
Yang jelas aku akan memperbaikimu secepatnya
Agar kau berada ditempat yang lebih layak daripada ruangan sempit berpolusi ini

Matahari pagi tersenyum malu padaku. Aku pun berlari karena teringat oleh suatu hal. Temanku pasti menungguku disana. Sudah berapa lama aku meninggalkannya berdiam diri sendiri. Aku berlari tergopoh-gopoh meraih sebuah pintu yang dari tadi melambaikan tangannya kearahku. Dengan nafas terengah-engah aku mebuka pintu ini sedikit demi sedikit. Disana masih kulihat dia tersenyum padaku. Tak ada kata marah dalam benaknya. Aku merasa bersalah, dan harus mempercepat langkahku untuk memperbaikinya.

Aku kembali meninggalkan ruangan itu. Aku berlari secepat kilat dan kembali lagi keruangan itu dengan membawa berbagai macam senjata untuk memperbaikinya. Satu lagi yang kurang, aku harus menutup telingaku dengan lagu-lagu mp3 agar tak ada yang mengganggu langkahku. Kupandangi tubuhnya untuk mencari bagian mana yang eblum sempurna. Here you are, aku menemukan bagian yang masih janggal. Kusaputkan warna yang menempel diujung kuas, kugoreskan sedikit demi sedikit hingga menutupi bagian yang janggal itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar