Dua sinar rembulan yang menyapa
menyemburkan tinta emasnya.
Dari yang sudah kusam dan tidak bercahaya.
Tertawa kembali dengan lelucon bambu.
Yang selalu tersenyum dikala sinar
berlalu.
Dengan membawa tali-tali pengais luka.
Jaraknya yang melintang diantara kerasnya
gelombang.
Satu kata dibalik cerita.
Kebodohan kelam yang sudah tenggelam.
Membawa kembali jiwa yang runyam
Sepotong angin yang sudah pupus tak pernah
lagi menentang roda yang berputar.
Seakan ada bayangan lain yang kembali
menyapa.
Disana juga ada setitik nadi, dimana
terdapat embun yang berputar.
Tak pernah lagi senyuman itu kembali
tersirat.
Ketika ego mulai menjadi tembok-tembok
besar.
Jadilah mereka serpihan pasir.
Yang kembali menghangatkan kulit empuknya.
Terkadang membesar dan terkadang menyusut.
Jiwa pemberani yang tahan diterpa karang yang
menyimpan semburan dari nadi mereka yang kering dan terbakar.
Sakit diterjang ombak.
Perih disayat pasang
Hitam ditusuk sinarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar