Selasa, 18 Juni 2013

Satu Nadi

Sampan itu menaburkan serpihan cintanya.
Dari yang telah lama diketuk untuk keluar menghampiri angsa bersayap.
Sejauh ini jiwa hidup hanyalah kabut penyumbat kantong mata
Bahkan ada satu nyawa dibalik dinginnya raga.
Dia pergi mengorek benda-benda kecil dari sampan yang telah lama mengeras.
Takkan mungkin ada yang mau melakukan itu tanpa ada kesabaran memenuhi sebuah keyakinan bahwa sampan yang keras itu lama-lama juga bisa membentuk estetika.
Kesungguhan hati untuk membuat komitmen pada jiwa agar fokus pada satu hati.
Jiwa yang keras tak selamanya keras.
Jiwa yang lembut tak selamanya lembut.
Sampan itu keras
Air itu lembut
Air dengan lembut dan sabar selalu membelai Sampan keras penggerak agar selalu melaju dengan damai.
Sampan tak bisa bergerak tanpa air,
Dan air tak bisa merasa berharga tanpa adanya Sampan

Karena dua jiwa yang tak sempurna disatukan agar membentuk rangkaian yang berguna. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar