Sinar matahari sudah menggelitik tubuh bocah kecil yang
tergeletak diatas tumpukan jerami. Dia tersayat lembut oleh sinar matahari yang
membelainya agar dia terbangun dan segera menapakkan kakinya pada daun ilalang
yang sudah lama menantinya. Dia membuka matanya dengan tersenyum bahagia,
serasa ada malaikat yang mengajaknya menari di sela-sela pelataran daun-daun
yang berdiri lebih tinggi dari tubuh mungilnya. Dia tersenyum dan agak sedikit
malu dengan keadaannya yang telah dipergoki oleh sang surya. Dia menempelkan
kedua tangan ke mulutnya, sambil agak tersenyum malu.
Sang surya tertawa lepas melihatnya tersipu malu seperti
dalam sebuah kartun anak-anak “Teletubies”. Dia menyengatkan sinar
lembutnya untuk memecah partikel embun di pagi hari ini. Embun yang membasahi
tubuhnya sedikit demi sedikit memudar. Dia tersenyum kepada matahari, alangkah
baiknya sang surya yang dengan tulus membersihkan tubuhnya yang kedinginan. Segerombol
daun ilalang yang bergoyang ala Inul daratista dengan iringan lagu “ Yamko
Rambe Yamko”. Seisi sawah ikut berdendang menebarkan semangat untuk pagi yang
cerah ini.
Ramon mulai bersemangat kembali, mewujudkan satu persatu dari
mimpinya. Dia mengambil sebuah miniatur alat pembersih debu atau vacum cleaner.
Dengan optimis, dia mengangguk – anggukkan kepalanya. Dia tersenyum kecil
sambil memegang miniatur vacum cleaner itu. Diambilnya pena yang menyangkut di
sela-sela jerami. Tulisan-tulisan yang ia tulis semalam masih meninggalkan
sebuah ingatan tentang mimpinya. Dia meneruskan kembali rajutan mimpinya
semalam di tempat ini. Karna memang rumah bambu sederhana dan kecil ini
merupakan markas besarnya untuk merajut mimpi.
Hari ini dia tidak pulang ke rumah, dia tertidur pulas di
markas besarnya. Markas yang ia bangun di pinggir sawah dengan menggunakan bambu sebagai bahan
dasarnya yang dibelakangnya dikelilingi semak belukar. Disampingnya ada
segerombolan ilalang yang menari-nari menyambut cerahnya pagi, setelah semalam
diterjang badai angin yang sangat dingin dan mengikat kuat kulitnya. Bocah kecil
berusia 10 tahun ini selalu enjoy menikmati harinya di gubuk dekat sawah ini.
Berbeda dengan di rumah tempat tinggalnya yang berada di
sebuah perkampungan. Disini dia bisa memperoleh semua informasi yang ia
inginkan, mulai dari opportunity, peluang, bahkan tentang fasilitas pendidikan
yang bisa dienyam siapa pun. Dia dapat mengetahui informasi itu dengan cepat
melalui mesin pencari search engine. Karena markasnya itu berdiri di dekat
wilayah perkotaan, tepatnya didekat sebuah kantor pusat informasi yang
memilikki fasilitas wifi gratis.
Disampingnya, terlihat seekor kucing yang tergeletak di
jerami tempatnya tidur. Kucing itu masih belum bisa membuka kantong matanya. Kucing itu nampak kelelahan. Ramon mengelus
badannya yang gemuk itu. Kucing itu terkejut dan membuka matanya sedikit sambil
sedikit tersenyum. Ramon membalas senyumannya dan berkata, “ Kau boleh tinggal
disini bila kau mau. Dan kita akan menjadi sahabat.” Kucing itu menatap tajam
mata Ramon. “meonnggg..”, kucing itu tersenyum lalu menutup matanya kembali.
owh...ya ya ya...lanjutan posting sebelumnya ternyata...
BalasHapus