Seutas kata yang mendekap didalamnya telah
mengikat padang ilalang yang bernyanyi.
Kini tak lagi ada bambu kuning yang
mencari secuil nasi untuk sang perahu layar yang sedari tadi mengais jejak
semut merah.
Mereka mungkin boleh berdiri diantara
kerbau yang mendaki.
Karna masih ada waktu yang lama untuk
meyakinkan sang surya bahwa waktu takkan membiarkan mereka mengayuh sendiri.
Bila kini ada cara yang tepat untuk
membakar emosi.
Mungkin sedikit lagi akan ada pulau yang
menelusuri.
Jejak dari bagaimana mereka berlari.
Mendaki untuk sepenggal ubi.
Yang tak pernah meninggalkan mereka pergi.
Dari nuansa lirih seekor kelinci.
Jati diri yang takkan pernah mati.
Menyiksa mereka untuk mengasingkan diri.
Pada rayuan pulau mimpi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar