Senin, 24 Juni 2013

Rayuan Pulau Mimpi

Seutas kata yang mendekap didalamnya telah mengikat padang ilalang yang bernyanyi.
Kini tak lagi ada bambu kuning yang mencari secuil nasi untuk sang perahu layar yang sedari tadi mengais jejak semut merah.
Mereka mungkin boleh berdiri diantara kerbau yang mendaki.
Karna masih ada waktu yang lama untuk meyakinkan sang surya bahwa waktu takkan membiarkan mereka mengayuh sendiri.
Bila kini ada cara yang tepat untuk membakar emosi.
Mungkin sedikit lagi akan ada pulau yang menelusuri.
Jejak dari bagaimana mereka berlari.
Mendaki untuk sepenggal ubi.
Yang tak pernah meninggalkan mereka pergi.
Dari nuansa lirih seekor kelinci.
Jati diri yang takkan pernah mati.
Menyiksa mereka untuk mengasingkan diri.
Pada rayuan pulau mimpi.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar