Ayah aku ingin pulang.....
Ayah, perempuan itu mengeluarkan bisa
Ayah, dia kembali mengejarku.
Ayah, aku ingin pergi saja.
Ayah, mereka memotong kain bajuku.
Ayah, mereka menertawaiku
Ayah, mereka memakan daging saudaranya.
Ayah, mereka melemparkan matanya kearahku.
Ayah, mereka memelukku dengan semburan api
mereka
Ayah, aku takut
Ayah, aku ingin pulang saja.
Gemercik hujan membiaskan rangkaian cerita. Mereka menyapu
bersih kepingan dosa. Aku menggapai sinar-sinar yang berputar di kepalaku.
Mereka mengeluarkan gambar layaknya lembaran film yang berjalan. Dari adegan
satu ke adegan lain. Mereka kadang berkesinambungan satu sama lain. Tapi
terkadang hanya terputus layaknya radio rusak milikku yang kini sudah dimakan
umur. Aku menikmati setiap film yang diputar mengelilingi kepalaku. Terkadang
ada adegan lucu yang membawaku menembus masa lalu. Betapa aku berada disana dan
menyaksikan tingkah konyol ketika itu. Aku tertawa lepas sambil sesekali
memejamkan mataku. Menyaksikan film ditemani gerimis yang mengguyur kota,
layaknya dongeng sebelum tidur. Aku memejamkan kembali mataku dengan senyuman
kecil penyambut cerita-cerita hangat dari lembaran film itu.
Bisikan suara yang riuh tiba-tiba mengusik telingaku. Mereka
berbondong-bondong berdemo ditelingaku. Suara-suara kecil yang keluar dari
mulut wanita itu menerkam tubuhku yang lemah.
....................................................
“Kau tau anak kecil yang tadi duduk disini?”
“Oh iya aku tahu. Kenapa?”
“Dari tadi dia ketawa-ketawa sendiri. jangan-jangan dia
gila.”
“Iya, aku dengar temannya juga ada yang gila.”
“Nah itu dia, biasanya sifatnya tidak jauh beda dengan
temannya.”
“Aku jadi takut ketemu dengannya. Entar ketularan gila lagi.”
.................................................................................
Tubuhku dibangunkan suara-suara kecil yang sedari tadi
menusuk tubuhku layaknya serangan perang jarum. Dengan lemah dan menahan perih
yang menyakiti sekujur tubuhku ini aku berjalan menuju sebuah pintu. Aku
membuka tirai dengan perlahan. Aku kembali diserang oleh mata-mata tajam yang
dilesatkan kearahku. Mereka menembakkannya tepat kearah tubuhku yang lemah ini.
Aku membawa tubuhku keluar dari ruangan itu dengan terlunta-lunta dengan
mencabuti jarum yag tertancap di sekujur tubuhku. Aku berlari sekuat tenaga,
namun bayangan mereka masih mengejarku. Aku tergeletak lemas dan meneteskan air
yang menggenang di bola mataku.
Tersayat.....
Terjatuh.....
Terhempas....
Dan tergeletak lemah....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar